Senin, 29 Desember 2014

puisi (cinta pertama)

Masih ingatkah engkau
ketika kita pertama kali saling mengenal
di jejaring sosial
mengomentari status yang ditandai teman

Awalnya, tak tertuju padamu
tapi kau terus membalas komentarku
mulai itulah, banyak halaman tercipta
komentar demi komentar yang terlontar
ejekan teman yang kita abaikan
kemudian kau mengalihkan pembicaraan
dengan mengirimiku pesan

tak terasa 6 bulan telah terlewatkan
mengulur waktu untuk bisa meyakinkan
tak perlu waktu untuk akhiri pertemanan

ajakku bertemu
dengan malu-malu kau menembakku
akhirnya kita jadian
dan status kita pacaran :D

puisi (tanda tanya cinta)

Tentang Cinta

Apa itu cinta
Mengapa banyak yang mengatakan cinta
Mengapa selalu ada cinta diantara kita
Bagaimana rasanya, jika kita dicintai
Dan mencintai seseorang?

Apakah cinta itu sekedar kata
Ataukah hanya sekedar rasa
Atau hanya pelampiasan semata

Cinta itu untuk siapa?
Untukku, untuknya atau untuk semua
Berjuang untuk mendapatkan cinta?
Atau pergi begitu saja...
Ah, katanya sudah biasa
Sebenarnya, cinta itu semu ata abadi?

Hah,, entahlah...
Karna aku tak mengerti
Apa itu cinta

puisi (jatuh cinta)

Jatuh cinta

Tak sengaja kita bertemu
Disuasana yang begitu indah
Kau datang menghampiriku
Kala aku sedang sendiri
Dan berikan senyuman termanis

Semenjak itu, aku mengenalmu
Selalu ku perhatikan
Senyummu yang mengalihkan
Dalam hati, ingin memilikimu

Mengapa, bila berada didekatmu
Merasa sangat berbeda
Jantung ini berdetak cepat
Apa sebenarnya yang terjadi
Apakah aku jatuh cinta?

Aku terkejut,
Ketika tiba-tiba kau nyatakan cinta
Entah mengapa, kuterima begitu saja

Setelah aku mengerti
Kau telah lama memendam rasa itu
Ku kira kau sudah ada yang memiliki

Lupakan,,,
Karna akhirnya kita bersama

puisi (keheningan malam)

Keheningan Malam

Dikala senja telah sirna
Kumenanti sang malam tiba
Tapi malam ini,,,
Tak seperti biasanya
Penuh dengan kehampaan dan kecemasan

Ku buka jendela
Berdiri menatap gulita
Ditemani semilir angin
Yang senantiasa berhembus

Kau yang dulu temani
Disaat seperti ini
Hingga fajar menyapaku dipaggi hari
Tapi malam ini, tak seindah malam kemarin
Saat bersamamu

puisi (mencarimu, kawan)

Mencarimu

Memasuki universitas baru
Harapan baru, teman-teman baru
Menikmati kesenangan saat itu
Punya banyak teman
Tapi aku tak tahu, apakah itu teman sejatiku..

Dari dulu, sulit sekali mencari teman sejati
hanya ada beberapa yang bisa menerima
tak pandang siapa dia

Teman, datang disaat membutuhkan
pergi ketika semua baik-baik saja
itu bukan teman sejati

Ketika ku mencoba berbaur dengan kalian
Ku bercerita, seolah-olah kau mengerti
Usai semua cerita
Kau acuh, berpaling dari dari hadapanku
Perlahan menjauh

Inginku, memiliki teman yang selalu setia
Selalu ada dan mengerti semua keadaanku
Tapi sulit sekali yang bisa  mengerti.

puisi (tentang peradaban)

Peradaban

Jaman semakin edan
Tak sedikit kelakuan
Yang keterlaluan
Bahkan melebihi batas kewajaran
Tanpa disadari,
Banyak manusia melakukan kehinaan
Tanpa adanya penyesalan

Ketika kejahatan merajalela
Melakukan kedzaliman
Tanpa memikirkan dosa
Karna sudah dianggap biasa

Karena itu lah,
Mari kita instropeksi
Berserah diri kepada sang illahi
Membersihkan hati
Dengan meghapus satu persatu
Titik hitam ini

puisi (sakit hati)

Sakit Hati

Ketika ucapan melukai hati
Tergores begitu dalam
Hingga kau ulang sekian kali
Dan aku hanya bisa terbungkam

Ketika ucapan terlontar
Aku tertahan
Kurasa tangis dalam hati
Mendengar semua yang kau katakan

Tersenyum saat terluka?
Itu bukan pilihan
Itu adalah keharusan
Itu memang sudah biasa
Sebenarnya aku tak ingin
Tapi, mengapa terus seperti ini

 Keadaan yang memaksa
Tapi aku tak akan menyalahkan keadaan
Memang sudah watakmu begitu
Yang sulit kuubah

Jumat, 29 Agustus 2014

Perpisahan

Kawan,masih ingatkah engkau
Ketika kita bersama
Tangis dan bahagia
Kita ikut merasakan
Karena kita adalah saudara

Kau selalu hadir
Temani disaat yang tepat
Selalu ada senyum darimu
Yang bisa menguatkanku
Tuk berikan semangat belajar
Dan berikan pengalaman

Tak pernah ada kata benci
Karena kita saling memahami
Tak pernah ada kata lelah
Untuk saling mengingatkan
Tak pernah ada kata kecewa
Karna aku selalu bersyukur
Kita dapat dipertemukan

Banyak hal-hal indah
Yang telah kita lalui
Dan dihari inilah
Kita harus berpisah

Memang,tak mudah untukku
Mennggalkan kalian
Takmudah bagi kita
Tuk akhiri semua
Tak mudah untuk melupakan
Semua kenangan yang pernah ada

Kita tak dapat memaksakan
Waktu untuk kembali

Banyak pepatah mengatakan
Setiap pertemuan, pasti ada perpisahan
Dan hari ini, kita akan lakukan itu

Selamat jalan kawan
Tentukan jalan hidup kalian
Untuk sukses dimasa depan
Jangan hiraukan, apa kata orang

Aku yakin, kelak kalian
Menjadi orang yang membanggakan

Jangan khawatir kawan
Suatu saat nanti

Passti kita akan dipertemukan kembali

Kamis, 01 Mei 2014

puisi (Bintang Dilangit)

Bintang dilangit
 (Karya Khori A.H)

Dikala malam datang
Ku ingin menjadi bintang
Yang bersinar terang
Hadir temani malam

Tapi, tak selamanya
Bintang dapat memancarkan sinarnya
Karena, kabut tebal
Halangi keindahannya
Malampun menjadi hampa

Tak tampak bukan malu-malu
Tak terang, bukan tak datang
Karena awan hitam
Bisa datang dari setiap arah
Yang mengepung
Tempat ia berpijak

Hanya waktulah yang dapat merubah
Agar bintang dapat melihatkan
Sinarnya kembali

Selasa, 18 Maret 2014

Puisi (mungkin aku)

Mungkin Aku
(Karya Khori A.H)

Aku bukanlah mentari
Karna aku tak mampu menghangatkanmu
Aku bukanlah panorama
Yang menyejukkan mata
Aku bukanlah mafia
Yang mencari perkara
Aku bukanlah seorang penulis
Yang mampu membuat kata puitis
Aku bukanlah cermin
Yang memakai topeng.

Yang jelas, aku bukan siapa-siapa
Karna aku adalah malam
Yang mampu membuat bintang bersinar
Aku adalah gambaran
Menuju kedamaian
Aku adalah hakim
Yang menegakkan hukum
Aku adalah apa yang kamu tulis
Tapi tak pernah kau baca

puisi (tempat tinggal)

Tempat tinggal

sebuah pondasi yang berdiri kokoh
diantara jalan raya
berada seperti di hutan belantara
disitulah kami berada

kala suasana malam
yang gelap gulita
terang sejenak, ada kilatan petir
suara bergemuruh, diujung sana

kadang terik, kadang redup
tak menentu

tak sedikit kendaraan melintas
melaju dengan cepat
jalan yang berlubang
banyak genangan
tapi, inilah satu-satunya

telah lama, tak berwarna
kayu lapuk dimakan usia
lampu remang-remang
disertai bayang semu

bagiku ini istana
inilah satu-satunya
walau dengan atap sederhana
dengan mudahnya air menetes
melaui celah-celah yang sempit
lagi dan lagi
walau bagaimanapun
aku tetap bersyukur

ini impian
tak  boleh pudar
karena ini, hanya tempat yang tak abadi