Selasa, 18 Maret 2014

puisi (tempat tinggal)

Tempat tinggal

sebuah pondasi yang berdiri kokoh
diantara jalan raya
berada seperti di hutan belantara
disitulah kami berada

kala suasana malam
yang gelap gulita
terang sejenak, ada kilatan petir
suara bergemuruh, diujung sana

kadang terik, kadang redup
tak menentu

tak sedikit kendaraan melintas
melaju dengan cepat
jalan yang berlubang
banyak genangan
tapi, inilah satu-satunya

telah lama, tak berwarna
kayu lapuk dimakan usia
lampu remang-remang
disertai bayang semu

bagiku ini istana
inilah satu-satunya
walau dengan atap sederhana
dengan mudahnya air menetes
melaui celah-celah yang sempit
lagi dan lagi
walau bagaimanapun
aku tetap bersyukur

ini impian
tak  boleh pudar
karena ini, hanya tempat yang tak abadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar